PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
operasional, tujuan pendidikan guru khususnya pendidikan kimia mempunyai
wawasan, sikap dan keterampilan sebagai warga negara yang berpendidikan tinggi, penguasaan bahan
ajar dan pemahaman tentang segala hal yang berhubungan dengan peserta didik, penguasan
teori dan keterampilan pemilikan
kemampuan melaksanakan tugas profesional dalam hubungannya dengan latar kerjanya
secara organisatoris.
Profesi
keguruan mempunyai dimensi yang sangat luas dan dalam. Mulai dari pemahaman secara mendalam tentang wawasan
yang mendasari pergaulan pendidikan
antar guru dan murid, penguasaan materi bahan ajar sampai kepada pemahaman
tentang latar belakang (setting) dimana atau dalam lingkungan apatindakan
pendidikan itu dilakukan. Jika
respon yangdiberikan guru
keliru, maka ia akan kehilangan waktu yang sangat berharga dalam proses pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya. Sehingga sifat enmalig ini juga berkaitan dengan
efektifitas guru dan efektifitas tersebut akan berakibat padahasil belajar sisiwa
Mata
Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi
siswa saat ini. Akibatnya, banyak siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak
berhasil dalam belajar kimia.
Djoyonegoro (dalam Kompas, 1995) menyatakan bahwa diantara para siswa
SMU berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata
pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
·
Bagaimana
kondisi belajar mengajar pada saat dikelas
·
Bagaimana
cara mengajarkan materi pembelajaran kimia kepada siswa secara langsung
·
Bagaimana
tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia
C.
Tujuan
Observasi
Observasi ini bertujuan untuk :
·
Mengetahui
mengetahui kondisi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
·
Mengetahui
materi pembelajaran kimia kepada siswa secara langsung dalam proses kegiatan
belajar mengajar
·
Mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia.
D. Manfaat
Penelitian
1. Bagi Siswa
·
Meningkatkan
motivasi belajar siswa khususnya untuk materi pembelajaran kimia.
·
Meningkatkan
jumlah siswa yang tuntas belajar
2. Bagi guru
·
Meningkatkan
kwalitas guru dalam proses pembelajaran
·
Merangsang
guru untuk lebih inovatif
3. Bagi Sekolah
·
Memberikan
nilai tambah bagi sekolah dengan semakin meningkatnya mutu pendidikan
·
Memberi
masukan pada sekolah tentang metode pembelajaran yang nantinya bisa digunakan
guru bidang studi lain sehingga proses pembelajaran lebih variatif
KAJIAN
TEORITIK
Pendidikan
merupakan wahana penting untuk membangun siswa. Pada gilirannya manusia hasil
pendidikan itu menjadi sumber daya pembangunan. Karena itu, pendidik dalam
melaksanakan tugasnya diharapakan tidak membuat kesalahan-kesalahan mendidik.
Sebab kesalahan-kesalahan mendidik bisa berakibat fatal karena sasaran pendidik
adalah manusia
Salah
satu bidang ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam kemajuan peradaban
dunia adalah ilmu kimia. Ilmu diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah
dasar hingga Perguruan Tinggi. Pada tingkat SD dan SMP, ilmu kimia terintegrasi
dalam pelajaran IPA atau sains, di tingkat SMA dan Perguruan Tinggi, diajarkan
terpisah dari ilmu-ilmu dasar lainnya. Karena itulah belajar diwajibkan untuk
tidak berhenti dengan kata lain tidak dibatasi oleh umur.
Menurut
Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah sebagai akibat pengalaman. Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman, dan dianggap sebagai faktor – faktor penyebab dasar dalam
belajar.
1. Pada
tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan
dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus
terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu
waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk
belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami
bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang –
bidang studi.
2. Belajar
kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain
pada suatu waktu, dan hal ini sering kali kita alami. Kita melihat bagaimana
asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari “drill” dan belajar stereotip –
stereotip.
3. Kita
belajar bahwa konsekuensi – konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku
itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam
ini disebut belajar operant.
4. Pengalaman
belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian – kejadian.kita belajar
dari model – model, dan masing – masing kita mungkin menjadi suatu model bagi
orang lain dalam belajar observasional.
5. Belajar
kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa –
peristiwa di sekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian.
METODOLOGI
PENELITIAN
1.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitiannya adalah proses pembelajaran kimia antara guru dan siswa di dalam kelas
2.
Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah siswa kelas X – XI dan guru kimia
di SMA Negeri 1 Jalan Cagak – Subang
3.
Data dan Sumber Data
Data yang kami
kumpulkan merupakan data kualitatif dan
kuantitatif dengan jenis sumber data yaitu person (orang) dan place
(tempat).
4.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik
pengumpulan data yang kami gunakan adalah observasi langsung dengan instrumen
berupa angket guru dan angket siswa serta wawancara.
5.
Teknik Analisis Data
Teknik untuk
menganalisis data yaitu dengan cara menghitung jumlah jawaban siswa dan guru yang menjawab pernyataan pada angket penelitian.
ANALISA
DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang
pelaksanaan pembelajaran kimia di SMAN 1
Jalan Cagak Subang adalah sebagai berikut :
a. Data Ruang Kelas
·
Kelas
X :
10 kelas
·
Kelas
XI IPA : 5 kelas
b. Ruang Laboratorium
Ruang laboratorium kimia di SMAN 1
Jalan Cagak kurang memadai baik itu dari segi ruangan, alat dan bahan
praktikum. Dari hasil wawancara kami terhadap guru kimia, kami mendapat
informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran kimia khususnya praktikum kurang
terkondisikan karena alat dan bahan yang tidak lengkap serta ruangan yang
digunakan secara bersama seperti mata pelajaran biologi dan fisika.
c. Keadaan guru dan murid
Jumlah guru kimia di SMAN 1 Jalan
Cagak sebanyak 3 orang yang berasal dari pendidikan kimia. Artinya tidak ada
guru kimia yang mengajar di SMAN 1 Jalan Cagak yang pendidikanya bukan berasal
dari pendidikan kimia atau MIPA. Semua guru memiliki taraf pendidikan S1.
Jumlah siswa yang kami jadikan
sampel sebanyak 2 kelas yakni kelas X 7 dan kelas XI IPA 2 untuk dijadikan
bahan penarikan data tentang pelaksanaan pembelajaran kimia.
d. Kegiatan pembelajaran kimia
Sebelum
melakukan proses belajar mengajar, guru membuat rpp yang disesuaikan dengan
silabus. Dengan rpp tersebut guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti
dibawah ini:
1. Kegiatan Awal
·
Guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
·
Presensi
Kehadiran siswa
·
Bertanya
jawab tentang materi pertemuan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
·
Penyampaian
materi oleh guru
·
Tanya
jawab mengenai materi yang belum dipahami
·
Mengerjakan
soal yang ada dalam LKS
·
Kesimpulan
·
Menutup
pelajaran dengan doa dan salam.
Metode
Metode
yang diterapkan guru adalah ceramah, dan tanya jawab. Guru memilih metode
dengan menyesuaikan materi yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh
guru diharapkan siswa dapat menerima dan mengerti tentang materi yang
diajarkan.
Media
Dalam
proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku LKS, LCD, Laptop dan
alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga
yang digunakan guru dalam pembelajaran senyawa karbon menggunanakan molymod.
Alat peraga tersebut membantu guru dalam mengenalkan berbagai contoh senyawa
karbon.
Sikap Guru dalam Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi guru
berbicara dengan suara yang teratur, maksudnya adakalanya guru berbicara dengan
keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya dengan maksud agar
siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di ucapkan oleh gurunya. Pada saat
proses kegiatan belajar mengajar tersebut beberapa siswa ada yang aktif, tetapi
ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Dalam
hal ini tanpa mencoba menilai penampilan guru, tetapi hanya mengamati saja
terlihat kemampuan guru dalam menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan
materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang maksimal.
Kesulitan
dalam Menyampaikan Materi
Dari
wawancara yang saya lakukan, banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam
mengajar karena ada beberapa faktor,misalnya:
1. Kurangnya buku paket dan alat
pendukung pembelajaran
2. Sering berubahnya materi IPA sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
3. Mencari metode pengajaran yang
bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya proses
kegiatan belajar mengajar IPA
4. Guru belum begitu menguasai
pembuatan rpp.
5. Demonstrasi jarang dilakukan karena
terbatasnya alat dan bahan serta ruangan yang disatukan dengan mata pelajaran
biologi dan fisika
Buku Ajar
Guru
menggunakan buku ajar yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP).
Guru menggunakan buku paket. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat
buku paket setiap dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut
harus dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku
pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut.
B. Analisis
angket kelas X
Berdasarkan studi lapangan yang kami lakukan,
yaitu dari hasil angket yang kami sebarkan pada siswa kelas X, sebagian besar
siswa kurang berminat dalam pembelajaran kimia. Hal ini disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya siswa kurang senang terhadap cara penyampaian
materi oleh guru, sehingga siswa sulit dalam mempelajari suatu konsep kimia
serta guru jarang menerangkan aplikasi pembelajaran kimia dalam kehidupan
sehari-hari.
Proses pembelajaran yang diharapkan
kebanyakan siswa adalah metode praktikum karena dengan metode praktikum, siswa
menjadi lebih mudah dalam memahami suatu konsep kimia. Namun guru jarang
melakukan praktikum karena tidak ada waktu. Pada setiap semester guru hanya
melakukan 1 - 2 kali praktikum. Hal ini menjadi kendala tersendiri untuk guru
dalam proses pembelajaran.
C. Analisis
Agket kelas XI
Berdasarkan studi lapangan yang kami lakukan,
yaitu dari hasil angket yang kami sebarkan pada siswa kelas XI, sebagian
besar siswa kelas XI menyukai pelajaran kimia, alasannya karena guru yang mengajarnnya
baik tidak membuat jenuh dan pelajaran mudah di mengerti. Sebagian besar
menjawab bahwa praktikum itu menyenangkan, dan pembelajaran dengan praktikum
dapat dimengerti.
Seperti
halnya siswa kelas X, semua siswa kelas XI pun mengaharapkan proses
pembelajaran yang dilakukan adalah metode praktikum karena menjadi lebih
mudahuntuk dipahami. Namun karena beberapa faktor sehingga praktikum jarang
dilakukan. Praktikum baru dilakukan sebanyak 2 kali yaitu asam basa dan sel
volta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi kami di SMAN 1 Jalan Cagak
melalui metode wawancara kepada salah satu guru kimia di sekolah tersebut kami
mendapat kesimpulan bahwa pada proses belajar mengajar dibutuhkan ide – ide
kreatif bagaimana menumbuhkan semangat
siswa di dalam kelas agar tidak bosan. Karena sebagian siswa menganggap jika
pelajaran kimia itu begitu sulit sehingga siswa terkadang tidak suka dengan
pelajarannya.
Dari pengalaman ini,
kami sungguh menyadari ada perbedaan kemampuan yang dimiliki masing-masing
siswa sehingga harus membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ada siswa yang
sudah mampu secara langsung menyelesaikan persoalan tanpa memerlukan bantuan,
tetapi ada juga yang masih membutuhkan bimbingan dengan menggunakan alat peraga
untuk membantu menyelesaian persoalan.